Selamat Datang di website Balai Penyuluhan Pertanian Kapanewon Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta.....................

Jumat, 24 Desember 2010

Penebaran Bibit Lele Di Pokdakan ARGOMINO oleh Gubernur DIY

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buana X
Bupati Kulon Progo H. Toyo Santosa Dipo

Pada hari Kamis, 23 Desember 2010 dalam rangka kunjungan Kerja ke Kabupaten Kulon Progo, Gubernur daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X, melakukan penebaran bibit lele di Pokdakan ARGOMINO Pedukuhan Dengok, Desa Tanjungharjo, Kabupaten Kulon Progo. Hadir dalam acara tersebut Ka Dinas Kelautan Propinsi DIY , Bupati Kulon Progo H.Toyo Santosa Dipo, Ka Dinas Kelautan dan Peternakan Kab. Kulon Progo dan rombongan, Ka Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab.Kulon Progo, Ka Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan kehutanan (KP4K) Ir. Maman Sugiri, Anggota DPRD Kab. Kulon Progo, Camat Nanggulan dan Unsur Muspika kec. Nanggulan, Koordinator Penyuluh Hartono,A.Md dan tim Penyuluh BPP Nanggulan dan Forum Silaturahim Pokdakan (FSP) se Kab. Kulon Progo.

Rabu, 22 Desember 2010

Koordinasi Pelaporan Kegiatan BPP Nanggulan 2010

Dalam rangka Evaluasi pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian tahun 2010, sekaligus persiapan penyusunan Rencana Kegiatan Penyuluhan tahun 2011, pada hari Selasa 21 Desember 2010,BPP Kecamatan Nanggulan mengadakan koordinasi untuk sinkronisasi kegiatan. Koordinasi tersebut dihadiri oleh seluruh Tim Penyuluh Pertanian, Petugas - petugas intansi terkait serta Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Ir. Maman Sugiri. Hasil dari pertemuan koordinasi tersebut akan digunakan sebagai bahan penyusunan Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian tahun 2011.

Minggu, 19 Desember 2010

Aplikasi Google Earth online untuk pemetaan wilayah dan luas lahan

Instalasi :   
(Untuk proses download membutuhkan koneksi internet, sedangkan untuk instalasi tidak harus online)
  1. Download Google Earth di sini
  2. Double klik GoogleEarthWin
  3. Klik Next
  4. Klik Next
  5. Klik Finish

Contoh Aplikasi Pemetaan wilayah dan luas lahan :
(Untuk aplikasi pertama kali wajib terkoneksi ke internet, untuk aplikasi berikutnya bisa tidak harus online apabila datanya sudah tersimpan di komputer)
1. Buka Google Earth, bisa melalui Start/Programs/Google Earth/Google Earth.

2. Ketikkan lokasi yang akan dituju, Contoh : Nanggulan, Kulon Progo, kemudian tekan Enter .

3. Google Earth akan memulai pencarian.

4. Pencarian lokasi ditemukan (gambar peta satelit nampak jelas). Atur tingkat kejelasan gambar sampai diperoleh gambar yang terbaik.

5. Klik Add Placemark untuk penanda suatu tempat.
6. Akan muncul halaman baru

7. Ketikkan nama penanda lokasi (misal BPP, Balai Desa, Kecamatan, Kelompok Tani, dsb)

8. Klik gambar penanda lokasi, pilih sesuai kebutuhan, lalu tekan OK


9. Atur posisi penanda dengan klik tekan, tahan dan geser penanda ke posisi yang kita inginkan, lalu tekan OK
 
10. Klik Add Poligon untuk mengukur luas wilayah

11. Ketikkan nama lokasi yang akan diukur (misal Bulak Sawah, Pekarangan, Kebun, Hutan, dsb)


12. Klik Measurements, pada Perimeter pilih Meters, Area pilih Hectares
 
13. Mulai pengukuran dengan klik tekan, tahan, dan geser tanda poligon sampai membentuk suatu luasan

14. Hasil pengukuran akan tertera di bagian Perimeter dan Area
 
15. Masukkan nilai tersebut ke dalam Description, lalu tekan OK
 
16. Hasilnya akan tampak sebagai berikut.

17. Setelah selesai tekan Close, maka otomatis data akan tersimpan dan bisa dibuka lain kali meskipun tanpa koneksi internet

Selamat mencoba semoga bermanfaat ....

    Jumat, 10 Desember 2010

    Koordinasi tata tanam tahun 2011





    Kamis (09 Des 2010) BPP Nanggulan menyelenggarakan rapat koordinasi tentang dampak erupsi Merapi menyebabkan tersumbatnya saluran irigasi Kalibawang, sehingga mempengaruhi pelaksanaan tata tanam di wilayah kecamatan Nanggulan. Hadir dalam rakor ini, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, KP4K, Camat Nanggulan, Penyuluh BPP Nanggulan, serta Ketua Kelompok Tani se-Kecamatan Nanggulan.
    Dalam rakor ini diperoleh kesepakatan sebagai berikut :
    1)Penyebab kemunduran tanam padi, diantaranya : karena jumlah Traktor yg tidak memadai
    2)Pola tanam yg di kehendaki : PADI – PADI – POLOWIJO
    3)Penambahan unit traktor melalui Kelompok Tani, secara bertahap, jika memungkinkan kerja-sama dg UPJA
    4)Gotong royong perlu digiatkan kembali, terutama dalam pemeliharaan saluran tersier yang dikomandani oleh Pemerintah Desa
    5) Koordinasi perlu terus di upayakan, dan bantuan akomodasi dari semua pihak diperlukan (terutama : Dinas Pertanian dan Kehutanan KP)
    6)Bagi kelompok tani yang berkenan untuk meraih subsidi/bantuan traktor/alsin maupun yang lainnya, diharapkan segera membuat profosal.

    Jumat, 03 Desember 2010

    Pelaksanaan evaluasi gapoktan pengelola LDPM M3

     
    Kamis (02 Des 2010), Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) Maju Mulyo Makmur (M3) Desa Kembang-Kec.Nanggulan menerima Tim Evaluasi Kinerja Gapoktan Pengelola Dana Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) 2009 Badan Ketahanan Pengan dan Penyuluhan Propinsi DI.Yogyakarta yang dipimpin oleh Ir.Wiwik Hidayati (Penyuluh Ahli).  Tim diterima di sekretariat Gapoktan dengan disuguhi informasi dan administrasi lengkap yang telah disiapkan oleh Pengurus berserta pendamping. Sasaran evaluasi meliputi aspek Dinamika LDPM (meliputi : Dinamika LDPM & pengelolaan LDPM), aspek Cadangan Pangan (meliputi : Swadaya Masyarakat, Perkembangan dan Kontribusi, Volume cadangan pangan), aspek Distribusi Pangan (meliputi : Pemupukan modal, keuntungan dan putaran distribusi).   

    Jumat, 26 November 2010

    Koordinasi membahas dampak kekeringan tanaman padi MT I/2010 akibat erupsi Merapi di BPP Nanggulan

    Sebagai tindak lanjut koordinasi tgl 24/11-2010 di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, BPP Nanggulan bekerja sama dengan Camat Nanggulan, Kantor KP4K dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo telah menyelenggarakan kegiatan koordinasi membahas dampak kekeringan pertanaman padi  MT I/2010 sebagai akibat tidak langsung bencana alam erupsi  gunung Merapi beberapa waktu yang lalu dengan pokok bahasan : 
    1. Penjelasan, 
    2. Identifikasi masalah, dan 
    3. Rencana tindak lanjut  agar tanaman padi MT I/2010 tetap berproduksi dan tidak mengganggu pola tanam MT berikutnya.
    Hadir, dalam koordinasi ini adalah : Camat Nanggulan  (L.Bowo Ristiyanto), Koordinator BPP/lengkap dengan Tim Penyuluhnya, Petugas Pengolah Penyaji Data Tanaman Pangan, Petugas POPT, Kepala Desa/Kaur Bang dan Wakil Kelompok Tani yang telah tebar benih namun belum tanam dan tamu undangan lainnya.
    Kesepakatan yang dihasilkan adalah :
    1. Koordinasi ditindak lanjuti di tingkat Desa/Kelompoktani
    2. Gerakan pengendalian angge-angge (anjing tanah) pada tanaman padi
    3. (DISIPLIN) waktu tanam sesuai Sk Bupati Kulon Progo tentang Tata tanam tahunan
    4. Benih yg ada (umur tua) tetap diupayakan untuk ditanam pada lahan yang belum tanam akibat kekeringan
    5. Managemen pemanfaatan air hujan, agar tanaman dapat terselamatkan dan berproduksi
    6. Bantuan alat berat unuk membuat terowongan kali Songgo akan dikoordinasikan oleh Camat Nanggulan dengan 1 unit bego
    7. Bantuan pinjaman pompa air dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo sebanyak 5 unit segera hari ini juga direalisasikan 
    8. Berbagai upaya telah, sedang dan akan dilaksanakan Pemerintah dan petani dengan satu harapan agar tanam padi MT I/2010 dapat berproduksi secara maksimal. Amin…

    Senin, 22 November 2010

    Penebaran bibit ikan lele Sangkuriang oleh Bupati Kulon Progo

    Penyerahan bantuan penguatan modal dari Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolis dilakukan dengan tebar benih ikan lele Sangkuriang oleh Bupati Kulon Progo, H. Toyo Santosa Dipo kepada Forum Silaturahmi Pokdakan Kulon Progo di Pokdakan Argomino, Dengok, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulon Progo.
     

    Selasa, 16 November 2010

    Pengerukan intake saluran irigasi Kalibawang

     
    Erupsi Merapi pada awal November 2010 selain menimbulkan korban jiwa warga sekitar lereng Merapi, juga menimbulkan hujan abu vulkanik di sekitar kabupaten Kulon Progo, serta penimbunan material lahar dingin di saluran irigasi Kalibawang, baik yang menuju wilayah Kulon Progo maupun kota Yogyakarta, sehingga kedua saluran irigasi ini mati total. 
    Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh Dinas terkait. Tampak dalam gambar di antaranya pengerukan material yang menutupi intake saluran irigasi Kalibawang untuk wilayah Kulon Progo menggunakan  3 buah alat berat. Pengerukan saluran yang normalnya berdebit 7000 liter/detik ini dijadwalkan dalam 25 hari kalender, namun diharapkan selesai dalam 14 hari mengingat pentingnya saluran irigasi tersebut untuk mencukupi kebutuhan air bagi tanaman padi di wilayah kecamatan Kalibawang, Nanggulan, dan Sentolo yang telah memasuki awal musin tanam.

    Senin, 15 November 2010

    Tikus Sawah dan Cara Pengendaliannya

     
    Status
    Merupakan hama prapanen utama penyebab kerusakan terbesar tanaman padi, terutama pada agroekosistem dataran rendah dengan pola tanam intensif. Tikus sawah merusak tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan dari semai hingga panen (periode prapanen), bahkan di gudang penyimpanan (periode pascapanen).

    Kerusakan parah terjadi apabila tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Ciri khas serangan tikus sawah adalah kerusakan tanaman dimulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, sehingga pada keadaan serangan berat hanya menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan.
    Biologi dan Ekologi
    Tikus sawah digolongkan dalam kelas vertebrata (bertulang belakang), ordo rodentia (hewan pengerat), famili muridae, dan genus Rattus. Tubuh bagian dorsal/ punggung berwarna coklat kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambut-rambutnya, sehingga secara keseluruhan tampak berwarna abu-abu. Bagian ventral/perut berwarna putih keperakan atau putih keabu-abuan. Permukaan atas kaki seperti warna badan, sedangkan permukaan bawah dan ekornya berwarna coklat tua. Tikus betina memiliki 12 puting susu (6 pasang), dengan susunan 1 pasang pada pektoral, 2 pasang pada postaxial, 1 pasang pada abdomen, dan 2 pasang pada inguinal. Pada tikus muda/predewasa terdapat rumbai rambut berwarna jingga di bagian depan telinga. Ekor tikus sawah biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan dan moncongnya berbentuk tumpul.
    Panca indera tikus sawah berkembang baik dan sangat menunjang setiap aktivitas kehidupannya. Sebagai hewan nokturnal, mata tikus telah berkembang dan menyesuaikan untuk melihat dalam intensitas cahaya rendah. Indera penciuman berkembang baik. Dengan indera tersebut, tikus mendeteksi wilayah pergerakan tikus lain, jejak anggota kelompoknya, dan betina estrus. Indera pendengaran tikus sawah berkembang sempurna. Indera pengecap berkembang baik sehingga mampu mendeteksi rasa pahit, racun, dan enak/tidaknya suatu pakan. Indera peraba juga berkembang baik, kumis dan rambut-rambut panjang pada sisi tubuhnya digunakan sebagai sensor sentuhan terhadap benda-benda yang dilalui. Dengan indera yang berkembang dan terlatih tersebut, tikus sawah memiliki kemampuan fisik yang prima seperti berlari, menggali, memanjat, meloncat, melompat, mengerat, berenang, dan menyelam. Tikus sawah juga berperilaku cerdik dan memiliki kemampuan belajar/mengingat (meskipun terbatas).
    Tikus sawah mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif. Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran. Tikus betina relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (±2-3 bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari ketersediaan pakan di lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus). Terdapatnya padi yang belum dipanen (selisih hingga 2 minggu atau lebih) dan keberadaan ratun (Jawa : singgang) terbukti memperpanjang periode reproduksi tikus sawah. Dalam kondisi tersebut,anak tikus dari kelahiran pertama sudah mampu bereproduksi sehingga seekor tikus betina dapat menghasilkan total sebanyak 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam padi. Dengan kemampuan reproduksi tersebut, tikus sawah berpotensi meningkatkan populasinya dengan cepat jika daya dukung lingkungan memadai.
    Tikus sawah bersarang pada lubang di tanah yang digalinya (terutama untuk reproduksi dan membesarkan anaknya) dan di semak-semak (refuge area/habitat pelarian). Sebagai hewan omnivora (pemakan segala), tikus mengkonsumsi apa saja yang dapat dimakan oleh manusia. Apabila makanan berlimpah, tikus sawah cenderung memilih pakan yang paling disukainya yaitu padi. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang harinya, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada saat lahan bera, tikus sawah menginfestasi pemukiman penduduk dan gudang-gudang penyimpanan padi dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif.
    Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/feses, lubang aktif, dan gejala serangan.
    Pengendalian
    Pengendalian tikus dilakukan dengan pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu) yaitu pendekatan pengendalian yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian  dalam skala luas.
    Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS dan LTBS. Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS (Trap Barrier System / Sistem Bubu Perangkap) dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.
    Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan stadia pertumbuhan padi antara lain sbb. :
    TBS merupakan petak tanaman padi dengan ukuran minimal (20 x 20)m yang ditanam 3 minggu lebih awal dari tanaman di sekitarnya, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m, bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam pagar plastik dengan lubang menghadap keluar dan jalan masuk tikus. Petak TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman.
    LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m, dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah). Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap.
    Fumigasi paling efektif dilakukan pada saat tanaman padi stadia generatif. Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah sedang berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode tersebut terbukti efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubangnya. Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi, dan hanya akan efektif digunkan pada periode bera dan stadium padi awal vegetatif.


    Selasa, 26 Oktober 2010

    Gerakan massal gropyokan tikus

     
    Pemerintah Desa Kembang mengadakan gerakan massal pengendalian tikus dengan cara gropyokan. Gerakan ini telah diprogramkan rutin setiap tahun dengan anggaran sekitar Rp. 2 juta setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi hama tikus yang menyerang tanaman pangan khususnya wilayah desa kembang seperti tanaman padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu. 
    Hadir dalam gerakan massal ini Kepala Dinas Tanaman Pertanian dan Kehutanan kabupaten Kulon Progo Ir. Bambang Tri Budi Harsono beserta jajarannya, Koordinator Penyuluh BPP Nanggulan Hartono, A. Md beserta jajarannya, serta segenap warga pedukuhan Pronosutan, Wiyu, dan Pundak yang antusias melakukan gropyokan ini.
    Gropyokan dilakukan bertahap, hari pertama Minggu 24 Oktober 2010, kemudian Selasa 26 Oktober 2010, dan rencananya hari Sabtu 30 Oktober 2010.
    Pada hari pertama telah berhasil membasmi hama tikus sejumlah 250 ekor yang dihadiri sekitar 67 warga.








    Minggu, 17 Oktober 2010

    Teknologi Kehutanan

    A. Teknologi Budidaya :
    B. Teknologi Pengolahan :

    Jumat, 15 Oktober 2010

    UMB dan UMMB


    Penggunaan urea mineral molasses block (UMMB) dan dodol sebagai pengganti konsentrat pada sapi

                Pakan sapi berkualitas baik, apabila diberikan pakan pokok hijauan berupa rumput segar dan konsentrat yang lengkap kandungan asam aminonya sebagai bahan tambahan. Untuk mendapatkan konsentrat dengan kandungan asam amino yang lengkap diperlukan biaya yang cukup mahal, karena konsentrat yang lengkap kandungan asam amino terbuat dari campuran beberapa bahan pakan tambahan, contoh konsentrat lengkap apabila tersusun dari katul, jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tetes, garam dan mineral campuran (premix) dengan persentase tepat. Di negara maju pemberian pakan pada sapi dengan kualitas baik tidak menjadi masalah. Sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia pemberian pakan berkualitas baik mengalami kesulitan karena memerlukan biaya yang besar.
                Merupakan suatu keuntungan bagi peternak sapi bahwa pakan dengan kualitas yang cukup sudah dapat meningkatkan produksi daging. Untuk mendapatkan pakan berkualitas cukup, berarti pakan sapi tidak harus mengandung keseluruhan asam amino seperti pakan pada ternak unggas. Pakan yang berkualitas cukup tidak menyebabkan sapi kekurangan asam amino karena semua asam amino yang dibutuhkan oleh sapi dapat dibentuk di dalam rumen asalkan bahan untuk menyusun asam amino di dalam rumen adalah urea, selain itu juga karbohidrat dan mineral yang ada dalam konsentrat.
                Kebutuhan urea, karbohidrat dan mineral untuk membentuk asam amino dalam rumen dapat diupayakan dalam satu bentuk yang di sebut Urea Mineral Molasses Block (UMMB).
                Kegunaan UMMB selain membentuk asam amino yang dibutuhkan oleh sapi juga untuk membantu meningkatkan pencernaan pakan yang sulit dicerna dengan cara menstabilkan kondisi keasaman (pH) di dalam rumen. Untuk mendapatkan kondisi pH ddi dalam rumen yang stabil maka UMMB diberikan secara jilatan, agar sapi dapat mengatur sendiri kebutuhannya.

    UREA MINERAL MOLASSES BLOCK JILATAN
                Urea Mineral Molasses Block (UMMB) jilatan sebagai bahan pakan dengan nama dan cara yang berbeda-beda. Ada yang menyebut UMMB atau UMB dan Dodol. Persamaan dari UMMB dan dodol adalah bertujuan untuk meningkatkan daya cerna pakan berserat kasar tinggi dan membentuk asam amino di dalam rumen.

    Perbedaan UMMB dan Dodol :
    1. Konsistensi dodol agak lunak sedangkan UMMB keras.
    2. Dodol dapat digigit oleh sapi sedangkan UMMB dijilat.
    3. Cara pembuatan dodol dengan pemanasan sedangkan UMMB tanpa pemanasan.
    4. Dodol tidak mengandung bahan perekat sedangkan UMMB ada bahan perekatnya.


    Bahan yang digunakan untuk UMMB maupun dodol selalu mengandung :
    1. Urea
    2. Molasses
    3. Mineral
    4. Bahan konsentrat sumber karbohidrat contohnya dedak, katul, jagung, empok dll.

    U R E A
                Urea merupakan sumber Non Protein Nitrogen (NPN) karena urea mengandung nitrogen sebesar 45%, yang sama dengan protein kasar sebesar 281%. Di dalam rumen NPN merupakan salah satu bahan pembentuk asam amino, kemudian dengan bantuan mikroba rumen beberapa asam amino bergabung untuk membentu protein. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembentukan protein dapat berasal dari NPN dengan bantuan kerja mikroba rumen. Jumlah urea yang diberikan pada sapi tidak boleh berlebihan. Takaran pemberian 100 mg/Kg Berat Badan sapi atau 10 gram/100 Kg Berat Badan sapi atau maksimal 115 gram/ekor sapi. Apabila diberikan lebih dari takaran akan mengakibatkan keracunan.        
    Gejala-gejala yang terlihat apabila terjadi keracunan urea :
    1. Sapi tampak gelisah
    2. Meneteskan air liur (ngiler)
    3. Perut gembung
    4. Menyepak-nyepakan kakinya ke perut
    5. Jalan sempoyongan
    6. Sesak nafas
    7. Mati apabila tidak cepat tertolong.

    TETES ATAU MOLASSES
                Tetes adalah sisa sirup terakhir dari nira yang mengalami pengolahan di pabrik gula dan telah dipisahkan dari gulanya melalui kristalisasi berulang-ulang sehingga tidak mungkin lagi menghasilkan gula lagi. Dengan kata lain tetes adalah limbah yang tak digunakan dari pabrik gula. Hasil tetes separuhnya digunakan sebagai pakan ternak secara langsung maupun melalui hasil fermentasi yang menggunakan tetes sebagi bahan bakunya.
                Tetes merupakan bahan yang kaya akan karbohidrat yang mudah larut (48-68)%, kandungan mineral yang cukup dan disukai ternak karena baunya manis. Selain itu tetes juga mengandung vitamin B komplek yang sangat berguna untuk sapi yang masih pedet. Tetes mengandung mineral kalium yang sangat tinggi sehingga pemakaiannya pada sapi harus dibatasi maksimal 1,5-2 Kg/ekor/hari. Penggunaan tetes sebagai pakan ternak sebagai sumber energi dan meningkatkan nafsu makan, selain itu juga untuk meningkatkan kualitas bahan pakan dengan peningkatan daya cernanya. Apabila takaran melebihi batas atau sapi belum terbiasa maka menyebabkan kotoran menjadi lembek dan tidak pernah dilaporkan terjadi kematian karena keracunan tetes.
    MINERAL
                Mineral sangat dibutuhkan sapi untuk membantu metabolisme dalam tubuh. Apabila sapi kekurangan mineral maka pakan yang dimakan tidak dapat digunakan secara sempurna, karena mineral juga ikut dalam pembentukan enzim dan hormon tubuh. Fungsi hormon dan enzim untuk metabolisme di dalam tubuh. Oleh karena itu pada setiap pemberian pakan selalu paling sedikit harus ditambah garam. Penyakit yang disebabkan kekurangan mineral disebut defisiensi.

    BAHAN KONSENTRAT SUMBER KARBOHIDRAT
                Konsentrat sebagai sumber karbohidrat perlu ditambahkan pada pembuatan UMMB atau dodol, untuk menambah kandungan energi yang dibutuhkan oleh mikroba rumen saat mencerna pakan dengan serat kasar tinggi. Selain itu juga mencegah pemakaian tetes yang berlebihan.


    TEKNOLOGI PEMBUATAN UMMB DAN DODOL UREA

    I. Teknik Pembuatan UMMB
    a.  Teknik pembuatan dengan cara dingin telah dikenalkan oleh tim konsultan FAO pada pilot proyek pengembangan ternak kerbau di Brebes (TCP/INS/2357A) pada kelompok peternak kerbau ”Bina Sari” desa Pulosari. Dengan teknik ini diperoleh UMMB yang padat dan keras sehingga pemakaiannya dijilat. Pemberian UMMB secara kontinyu melalui jilatan dapat memelihara kondisi rumen sapi untuk meningkatkan pencernaan pakan berserat tinggi seperti jerami padi.

    b.  Formula Bahan
                Bahan yang digunakan untuk menyusun UMMB setiap Kg atau 100 Kg  adalah sebagai berikut :
    1. Dedak                     : 400 gram atau  40 kg (40%)
    2. Tetes                        : 400 gram atau  40 kg (40%)
    3. Urea                        : 80 gram atau  8 kg (8%)
    4. Mineral Mix            : 10 gram atau  1 kg (1%)
    5. Garam                     : 30 gram atau  3 kg (3%)
    6. Semen/kapur           : 80 gram atau  8 kg (8%)
        Penambahan semen/kapur digunakan sebagai bahan mineral perekat untuk menjaga block tetap stabil. Selain itu juga untuk menambah mineral kalsium pakan.

    c. Peralatan yang digunakan : Timbangan, ember, sekop, mesin pengaduk (jika ada), cetakan.
    d.  Prosedur Pembuatan UMMB Teknik Dingin
    1. Semua bahan ditimbang dan masing-masing dimasukkan plastik
    2. Tetes dan urea diaduk selama 5 menit
    3. Kemudian masukkan semen dan diaduk selama 10 menit
    4. Selanjutnya masukkan garam halus dan mineral, aduk selama 3 menit
    5. Terakhir tambahkan dedak dan diaduk selama 10 menit. Setelah semua bahan tercampur rata dilakukan pencetakan.

    Alat cetak ada 2 macam :
    1.  Moulder yang terdiri dari beberapa lubang cetakan.
    2.  Alat pencetak batako yang berukuran panjang 18 cm, lebar 15 cm dan tinggi 15 cm.
    Setelah pencetakan selesai hasil cetakan di angin-anginkan selama 3 minggu dengan berat satu blocl 3,2 kg. UMMB ini dapat diberikan pada sapi selama 10 hari atau 320 gr/ekor/hari.

    Teknik Pembuatan UMMB dengan cara panas, pada prinsipnya sama dengan cara dingin, hanya pada cara panas bahan-bahan yang dilarutkan dala molasses dipercepat dengan bantuan panas api.

    II. Teknik Pembuatan Dodol UMB
    a. Teknik Pembuatan dengan menggunakan pemanas dengan tujuan untuk mempercepat melarutkan urea, mineral dan kapur dalam tetes. Teknik pembuatan dengan cara panas ini digunakan dalam jumlah kecil.
    b.  Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan 1 Kg (100gram) :
    1. Dedak               : 300 gram (30%)
    2. Tetes                  : 400 gram (40%)
    3.Beras Jagung      : 100 gram (10%)
    3. Urea                  : 80 gram (8%)
    4. Mineral Mix      : 50 gram (5%)
    5. Garam               : 30 gram (3%)
    6. Kapur mati        : 40 gram (4%)

    c. Alat-alat yang digunakan :
    1. Kompor                2. Wajan         3. Pengaduk

    d. Prosedur pembuatan :
    1. Tetes dipanaskan sampai mendidih dengan api kecil
    2. Masukkan urea dan aduk hingga larut
    3. Masukkan mineral dan kapur yang telah dilarutkan dengan 100 air aduk hingga rata.
    4. Setelah mendidih, api dimatikan dan masukkan katul sedikit demi sedikit, campur sampai rata.
    5. Cetak dodol menurut selera, tiap dodol beratnya 125 gram jadi tiap kg jadi 8 dodol.
    6. Setelah pencetakan kemudian didinginkan atau dijemur selama 1 minggu
    e. Takaran dan aturan penggunaan dodol
    1. Seekor berproduksi diberi 250 gram atau 2 sendok dodol, dengan pemberian   2 kali pagi dan sore sebelum diberi rumput.
    2. Sebaiknya sapi yang diberi dodol harus sehat, tidak menderita cacing hati dan tidak bunting.
    (Dari berbagai sumber...)


    SELAMAT MENCOBA
    SEMOGA SUKSES


    Minggu, 10 Oktober 2010

    Bagan Warna Daun (BWD)

    Bagan Warna Daun (BWD) adalah alat sederhana yang terdiri dari serangkaian warna yang menunjukkan tingkat kecukupan unsur hara N  (Nitrogen) dalam daun. Macam BWD ada yang terdiri dari 6 gradasi warna dan 4 gradasi warna. Pada gambar tersebut (versi print) warna BWD bergradasi dari warna hijau muda kekuningan, hijau agak muda, hijau agak tua, sampai hijau tua. Untuk aplikasi tanaman padi, ketersediaan unsur N ideal pada angka no 4, angka no 2 dan no 3 menunjukkan ketersediaan unsur N masih kurang, sedangkan pada angka no 5 menunjukkan kelebihan Nitrogen.

    Donwload artikel lengkap...

    Jumat, 08 Oktober 2010

    Sosialisasi BLBU, BLP, penandatanganan kontrak SL PTT Padi 2010, serta revitalisasi KUD Sarimulyo

    Tim BPP Nanggulan beserta Tim 9 KUD Sarimulyo melakukan sosialisasi BLBU, SL PTT, penandatanganan perjanjian kontrak SL PTT, serta revitalisasi KUD Sarimulyo. Koordinator BPP, Hartono, A. Md menyampaikan bahwa dalam rangka peningkatan produksi beras nasional, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah meluncurkan program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), Bantuan Langsung Pupuk (BLP), serta pendampingan SL PTT Padi 2010. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama dilaksanakan  untuk desa Kembang dan Jatisarono bertempat di balai desa Kembang pada hari Kamis 30 September 2010. Tahap kedua untuk desa Wijimulyo dan Tanjungharjo bertempat di balai desa Wijimulyo pada hari Senin 04 Oktober 2010, dan tahap ketiga untuk desa Donomulyo dan Banyuroto bertempat di balai desa Donomulyo pada hari Selasa 05 Oktober 2010. Diharapkan dengan berbagai program ini, terjadi peningkatan produksi padi minimal 5 % tiap tahun. 

    Jumat, 01 Oktober 2010

    Pembukaan Aliran Irigasi Kalibawang

    Mulai 1 Oktober 2010 aliran irigasi DI Kalibawang sudah dialirkan setelah sebelumnya dilakukan perbaikan rehab berat yang berjalan selama 2,5 bulan. Rencana pengaliran air yang semula dijadwalkan tanggal 1 November 2010 diajukan menjadi 1 Oktober 2010 setelah terjadi kesepakatan antara Dinas PU dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan, serta Gabungan P3A. Dengan adanya aliran air ini diharapkan petani di wilayah Kulon Progo, khususnya kecamatan Nanggulan segera melakukan pengolahan tanah serentak sehingga dijadwalkan akhir Oktober 2010 semua petani sudah menanam padi.

    Rabu, 22 September 2010

    Penyerahan BLBU dan BLP kepada Kelompok Tani Nanggulan secara simbolis oleh Wakil Bupati Kulon Progo

    Wakil Bupati Kulon Progo, Drs. H. Mulyono menyerahkan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) secara simbolis kepada kelompok tani se-kecamatan Nanggulan. Penyerahan bantuan dari Kementerian Pertanian RI ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi yang merupakan komoditas andalan kabupaten Kulon Progo. Hadir dalam penyerahan bantuan tersebut, Staf Ahli Bupati, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Ir. Bambang Tri Budi H, Kepala Bidang Tanaman Pangan Ir. Muh. Aris Nugroho, Kasi Serealia Ir. Widiastuti, Penyuluh Pertanian BPP Nanggulan, P3D TPH, dan POPT.

    Pelaksanaan lomba UPR di pokdakan Mina Muda Setan, Wijimulyo, Nanggulan

    Pokdakan Mina Muda yang beralamat di pedukuhan Setan, Wijimulyo, Nanggulan, Kulon Progo berhasil maju ke tingkat propinsi mewakili kabupaten Kulon Progo dalam lomba Unit Perbenihan Rakyat (UPR). Kelompok pembudidaya ikan yang relatif masih muda tersebut telah menorehkan sejumlah prestasi diantaranya mendapatkan Piagam Penghargaan Kelas Pemula dan Kelas Lanjut, Juara 3 Lomba Cipta Menu tingkat Kabupaten Kulon Progo, serta Juara 1 Lomba UPR tingkat Kabupaten Kulon Progo.

    Jumat, 17 September 2010

    Kunjungan Gubernur DIY Sri Sultan HB X ke Pokdakan Argomino

    Pokdakan Argomino (Kamis, 16 Sept 2010) mendapatkan kunjungan kerja dari Gubernur DIY  Sri Sultan HB X dalam rangka temu wicara dan verifikasi bantuan penguatan modal pokdakan. Dalam laporan singkat ketua Forum Silaturahmi Pokdakan (FSP), dibentuknya FSP berdampak positif yaitu meningkatnya kesejahteraan ekonomi keluarga anggota, termanfaatkannya lahan non produktif / lahan marginal, serta meningkatnya kesuburan lahan di sekitar kolam. Untuk mensukseskan pencanangan minapolitan di Kulon Progo, pokdakan meminta penguatan modal dari Pemerintah Daerah Propinsi DIY. Dalam sambutannya, Sri Sultan mengharapkan jangan sampai terjadi kesenjangan dalam pengelolaan dan persaingan harga di antara anggota, di manajemen secara baik dan menyeluruh dari mulai penyediaan bibit, pakan, pembesaran, serta pemasaran, yang pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan khususnya pada anggota kelompok dan masyarakat Kulon Progo pada umumnya.

    Rabu, 15 September 2010

    Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)


    KKP-E merupakan kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati. Tujuan dari kredit ini adalah untuk pengembangan usaha sektor pertanian yaitu intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternakan sapi potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan, serta koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung, dan kedelai. Realisasi pelaksanaan penyaluran KKP-E di kecamatan Nanggulan sampai saat ini mencapai 8 Kelompok Tani / Ternak dengan total kredit Rp. 798.250.000,-, bermitra dengan BRI sebagai penyedia dana. Penyaluran kedelapan Kelompok Tani tersebut meliputi 1 kelompok komoditas padi, 5 kelompok komoditas sapi, serta 2 kelompok komoditas kambing. Diharapkan dari penyaluran kredit KKP-E ini akan memberikan tambahan modal usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota.

    Rabu, 08 September 2010

    Penyerahan Program Hibah Bergulir LM3 Panti Asuhan Muhammadiyah Nanggulan

    Panti Asuhan Muhammadiyah Nanggulan yang beralamat di Grubug, Jatisarono, Nanggulan menjadi pilot project pengembangan program Lembaga Mandiri Mengakar pada Masyarakat (LM3) yang bertujuan meningkatkan taraf hidup ekonomi umat Islam melalui usaha peternakan sapi secara berkelompok, intensif, bergulir, dan terbina. Dana hibah berasal dari keluarga besar Ir. H. Soeripto Koesoemo Winoto, Caturtunggal, Depok, Sleman yang diwujudkan berupa 10 ekor sapi betina produktif. Diharapkan dari 10 ekor sapi ini akan terus berkembang produktif dan bergulir kepada keluarga yang lain. Tampak dalam gambar dalam suasana menjelang buka puasa pendamping LM3 tingkat propinsi Ibu Ir. Wiwik Hidayati berfoto bersama Pengurus dan anggota PA Muhammadiyah Nanggulan.

    Panen jagung hibrida

    BPP Nanggulan memfasilitasi kerjasama antara kelompok tani di kecamatan naggulan dengan mitra PT. Dupont dalam hal budidadaya tanaman pangan. Tampak dalam gambar kelompok tani Ngudi Rukun, Kauman , Jatisarono sedang melakukan panen jagung hibrida varietas Pioneer P4, P11, dan P27. Dari hasil ubinan sementara diperoleh angka produktivitas varietas P4 sebesar 6,489 ton/Ha, P11 sebesar 8,600 ton/Ha, dan P27 sebesar 9,598 ton/Ha jagung pipil kering. Dalam acara tersebut menghadirkan gapoktan Tanjunglestari, kelompok tani Ngudi Rahayu Wareng, serta kelompok tani Marsudi Makmur Jambon. Beberapa hari sebelumnya pihak BPP juga telah melakukan ubinan lokasi demplot jagung Pioneer P 21 di kelompok tani Srijati Bejaten, Jatisarono. Hasil yang diperoleh 5,800 ton/Ha jagung pipil kering.

    Jumat, 03 September 2010

    Kegiatan FMA / FEATI

    Rekapitulasi kegiatan FMA / FEATI kecamatan Nanggulan tahun 2010

    Pelatihan Pengolahan Hasil Budidaya Ayam Buras
    Pelatihan Pembuatan Pakan Ternak dan Penggemukan Sapi (UMB)
     
    Pelatihan Pengolahan Limbah Ternak / Pembuatan Pupuk Organik
     
    Pelatihan Pembuatan Pakan Ternak (fermentasi jerami)




    Teknologi Tepat Guna - Alat pencacah tangkai daun talas



    Adalah Mukti Rohadi Setiawan, A. Md, salah seorang anggota pokdakan Mino Raharjo yang beralamat di Karang, Jatisarono, Nanggulan, Kulon Progo, sang penemu teknologi tepat guna berupa alat pencacah tangkai daun talas. Dasar ide kreatif ini bermula dari keprihatinan pria kelahiran 3 Desember 1975 ini dalam hal pemenuhan kebutuhan pakan hijauan ikan gurami yang banyak dipelihara oleh anggota pokdakan Mino Raharjo. Alat ini terbukti sangat efektif untuk mencacah tangkai daun talas sehingga siap untuk diberikan kepada ikan.

    Selasa, 24 Agustus 2010

    Pemberian Tanaman Obat Sebagai Jamu Hewan (Unggas)

    Obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa yang telah digunakan secara turun temurun. Secara empirik ramuan tanaman obat (jamu) selain untuk dikonsumsi dapat digunakan untuk kesehatan ternak. Berdasarkan laporan dari beberapa peternak unggas penggunaan secara rutin obat tradisional (kunyit, bawang putih, daun pepaya) pada ayam dan puyuh yang diberikan melalui air minum atau dicampur dalam pakan, menunjukkan ternak tersebut terhindar dari serangan penyakit Avian Influenza (AI).
    Secara umum di dalam tanaman obat (rimpang, daun, batang, akar, bunga, buah) terdapat senyawa aktif seperti alkaloid, fenotik, tripenoid, minyak atsiri glikosida, dsb yang bersifat antiviral, antibakteri, serta imunomodulator.
    Beberapa jenis tanaman obat yang telah diujicobakan pada ternak unggas lokal (ayam dan itik), diantaranya mengkudu (Morinda citrifolia), sambiloto (Androgaphis paniculata), jahe (Zingiber officinale), k,unyit (Curcuma domestica), lengkuas (Langua galanga L), temulawak (Curcuma xanthorrhiza R), daun sirih (Piper betle R), daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boer), kencur (Kaempferia galanga L), bawang putih (Alium sativum L), dan lainnya. Beberapa jenis tanaman obat kebanyakan diberikan dalam satu ramuan bentuk serbuk maupun larutan jamu. Respon pemberian tanaman obat dalam sediaan air minum pada ternak ayam lokal fase pertumbuhan disajikan sbb :
    Dari tabel di atas, pertambahan bobot ayam lokal yang diberi buah mengkudu (875,77 g/ekor) ternyata lebih tinggi dibandingkan kontrol (675,69 g/ekor). Bila dihitung dari konversi pakan, pemberian mengkudu dan sambiloto lebih efisien dari pada kontrol. Perlu diinformasikan bahwa ayam yang diberi perlakuan buah mengkudu kondisi bulu primer lebih mengkilap dari yang lainnya.
    Para peternak unggas lokal umumnya selalu memberikan tambahan ramuan tanaman obat seperti kunyit, temu lawak, temu ireng, daun pepaya, daun mengkudu ke dalam rangsum atau dicampur dengan air minum untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penyakit pencernaan, dan cacing.
    Dosis tanaman obat yang diberikan pada ayam lokal seperti kunyit, temulawak, jahe, kencur, dan sejenisnya dalam bentuk serbuk sebanyak 0,5 - 1 % dalam rangsum, tepung daun seperti tepung daun mengkudu, daun singkong, daun pepaya maksimum 5 % dalam rangsum, sedangkan untuk larutan jamu hewan maksimal 5 ml/liter air minum.
    Proses pembuatan jamu hewan fermentasi :

    Beberapa jenis tanaman obat yang digunakan sebagai jamu hewan :

    Referensi :
    • Andang, S. I, dan S. Widodo (2005). Panduan vaksinasi Avian Influenza. Poultry Indonesia Jakarta
    • Bakrie, E. , D. Andayani. M, Yanis dan D. Zainuddin. 2003. Pengaruh penambahan jamu ke dalam air minum terhadap preferensi konsumen dan mutu karkas ayam buras. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, September 2003. Puslitbang Peternakan Bogor. pp 490-495
    • Dan sebagainya ....
    Download artikel lengkap ....