Selamat Datang di website Balai Penyuluhan Pertanian Kapanewon Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta.....................

Senin, 30 Desember 2013

17 Resep Biopestisida Nabati


  1. Tanaman Aromatik/atraktan disebabkan mengandung methyl euganol untuk penjebak Lalat buah/serangga : Selasih (Ocimum.sp) dan Melaleuca Bracteata.
  2. Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare. Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.
  3. Pestisida organik lainnya dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.
  4. Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah
  5. Menanggulangi penyakit keriting pada cabai, Bahan: brotowali satu kilogram (atau daun-daunan yang pahit), kapur 10 sendok makan, kunyit satu kilogram.Cara membuat: Ketiga bahan ditumbuk dan diambil airnya lalu dicampur dengan air 30-50 liter. Bahan ini siap digunakan untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai.
  6. Mencegah semut pada persemaian, Bahan: kunir satu ons, laos satu onsCara pembuatan: kunir dan laos dihaluskan kemudian ditambah air secukupnya lalu disaring.Cara pemakaian: larutan hasil saringan dimasukkan dalam penyemprot yang sudah berisi air (10 liter), semprotkan di lahan sehari sebelum digunakan untuk menyemai tanaman dan diulang tiga hari sesudah tanaman disemai
  7. Mengendalikan ulat pada tanaman tomat, cabai, melon dan semangka, Bahan: puntung rokok satu ons dan air tujuh liter.Cara pembuatan: masukkan puntung rokok dalam air. Biarkan selama 4–7 hari. Saringlah agar diperoleh air larutan yang bersih. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.
  8. Penyakit keriting pada cabai, Bahan: abu dapur dua kilogram, tembakau ¼ kg, belerang tiga ons.Cara pembuatan: ketiga bahan direndam dalam air selama 3–5 hari. Saring air rendaman tersebut dan semprotkan pada tanaman yang terkena penyakit keriting.Cara yang lain, bisa juga dengan menaburkan secara langsung abu dapur pada tanaman yang terserang penyakit keriting.
  9. Mengendalikan hama wereng, Bahan: kecubung dua butir, jenu satu kilogram.Cara pembuatan: kedua bahan direbus dengan air sampai mendidih. Saringlah air tersebut. Cara penggunaan: setiap satu liter air rebusan dicampur dengan 16 liter air. Semprotkan pada tanaman yang terserang hama wereng.
  10. Hama walangsangit, Bahan: brotowali satu kilogram dan kecubung dua butir.Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus dengan air satu liter. Air rebusan kemudian disaring. Campuran larutan tersebut dengan air 16 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama walangsangit yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.
  11. Untuk Mengendalikan Hama pada Bawang Merah, Bahan :Daun nimba 1 kg, umbi gadung racun 2 buah, deterjen sedikit berfungsi sebagai pelekat daun, air 20 liter.Cara Pembuatan :Daun nimba dan umbi gadung ditumbuk halus. Selanjutnya seluruh bahan diaduk merata dlam 20 liter air, dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus dan tambahkan diterjen. Semprotkan pada tanaman bawang merah
  12. Ramuan untuk mengendalikan Trips pada cabe, Bahan :Daun sirsak 50-100 lembar, deterjen atau sabun colek 16 gram dan air 5 liter Cara Pembuatan Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Setiap 1 liter hasil saringan diencerkan dengan 10-15 liter air. Larutan siap disemprotkan ke seluruh tanaman cabe.
  13. Ramuan untuk mengendalikan Trips, Aphid, dan kutu daun, Bahan: Daun pamor-pamor 2, 5 kg dan air 7,5 liter .Cara Pembuatan Daun pamor-pamor ditumbuk (blender) sampai halus, kemudian tambahkan air (konsentrasi 25 %) dan permentasikan selama 1 hari. Kemudian saring ekstraknya dan tambahkan diterjen sebanyak 5 gram. Semprotkan pada tanaman.
  14. Mengendalikan ulat grayak, ulat lain dan serangga, Bahan: segenggam daun gamal (satu kilogram), lima liter air, 250 mg tembakau rokok (sudah dirokok).Cara membuat: segenggam pucuk daun gamal ditumbuk halus. Campurlah dengan air kemudian rebuslah. Dinginkan kemudian tambahkan tembakau dan aduklah hingga air berubah menjadi agak kehitaman/kemerahan.Cara penggunaan: setiap 250 cc air larutan dicampur dengan air 10 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman.
  15. Untuk Mengendalikan Hama Secara Umum, Bahan :Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen 20 gram, air 20 liter.Cara Pembuatan Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan ditambah diterjen dan diencerkan dengan 60 liter air, bisa digunakan untuk luas 1 ha. Semprotkan pada tanaman.
  16. Ramuan untuk mengendalikan penyakit Antraknose, Bahan Rimpang lengkuas 1 kg dan air 2 liter .Cara Pembuatan Iris rimpang lengkuas, tempatkan pada niru dan jemur sampai kering. Kemudian cincang rimpang lengkuas sampai kecil-kecil. Selanjutnya masukkan 2 l air ke dalam panci suling, panaskan dengan nyala api yang kecil dengan kompor gas/kompor minyak, lalu masukkan rimpang lengkuas tadi ke dalam panci penguapan. Air hasil sulingan ditampung pada beaker glass. Semprotkan air sulingan tersebut dengan kosentrasi 15 % pada tanaman yang terserang Antraknose secara merata. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari
  17. Pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan Hama pengisap, Bahan: Daun mimba,Umbi gadung,Detergen,Air Alat: Timbangan Alat penumbuk Tempat pencampuran Pengaduk Saringan.Cara Pembuatan: Cara pembuatan pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung adalah sebagai berikut. 1.Tumbuk halus 1 kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, tambah dengan 20 liter air + 10 g detergen, aduk sampai rata 2.Diamkan rendaman tersebut selama semalam. 3.Saring larutan hasil rendaman dengan kain halus. 4.Semprotkan larutan hasil penyaringan ke pertanaman.
(dari berbagai sumber)

Sabtu, 02 November 2013

DEKLARASI KECAMATAN PHT di KECAMATAN NANGGULAN



,
.













Perlu disadari bahwa dalam budidaya tanaman Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) adalah sebagai "Ruh"nya . Penerapan PHT agar dapat dilaksanakan secara meluas dan berkelanjutan maka perlu adanya dukungan SDM ( petani, petugas, pemerintah, pengusaha dan  masyarakat luas) dalam penerapan pemanfaatan PHT. Adanya kelembagaan PHT (PPAH, RPH/RPT, Petani Pemandu, Petani Pengamat, Forum petani organik) di tingkat petani serta jaringan petani PHT yang makin kuat sehingga mampu mendorong terwujudnya kecamatan PHT. Di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta sudah dilaksanakan kegiatan dan adanya kelembagaan jejaring PHT sehingga masyarakat petani di Kecamatan Nanggulan sepakat untuk mendeklarasikan sebagai kecamatan PHT pada tanggal 29 oktober 2013 bertempat di Desa Jatisarono kecamatan Nanggulan. dalam kegiatan tersebut dihadiri Ditlin Kasubdin Teknologi PHT, Anggota DPRD DIY, BPTP DIY, Kepala Dinas Pertanian DIY, Bupati Kulon Progo, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan kab. Kulon Progo, Kepala KP4K Kab. Kulon Progo, Camat Nanggulan beserta unsur Muspika kecamatanNanggulan, Tim Penyuluh BPP kec. Nanggulan ( P3D TPH, Petugas POPT, PPL dan THL-TB PP) Kepala desa beserta pamong desa seKecamatan Nanggulan serta para petani se Kecamatan Nanggulan.

Selasa, 08 Oktober 2013

SOSIALISASI PENGUATAN KELEMBAGAAN KECAMATAN PHT di Kecamatan NANGGULAN


Senin 30 September 2013 berlokasi di BPP Kecamatan Nanggulan diadakan Sosialisasi Penguatan Kelembagaan Kecamatan PHT Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang bertujuan untuk memberdayakan petani dalam penerapan dan pemasyarakat   PHT sehingga dapat berperan dalam mengamankan produksi pada skala hamparan .Penerapan dan pemasyarakat PHT yang semakin  membudaya,meluas,melembaga dan berkelanjutan akan mendorong terbentuk dan berfungsinya kelembagaan PHT ( PPAH, RPT, Petani Pemandu, Petani pengamat Forum Organik) ditingkat petani dan jaringan petani PHT. Dalam sosialisasi kelembagaan PHT  sebagai kecamatan PHT sangat dibutuhkan dukungan dari petani, Petugas POPT Kec Nanggulan, P3D Pertanian Kec. Nanggulan, Tim Penyuluh BPP Kec. Nanggulan ( Penyuluh PNS dan THL ) ,tokoh masyarakat, institusi terkait dan unit -unit pelayanan masyarakat.Sosialisasi dihadiri oleh Kepala Lab.PHP Bantul Ir.Paryoto,MP,  Herutoyo SP ,dari KP4K Kulon Progo  Dinas Pertanian, Kecamatan,Koramil, dam Polsek Nanggulan berserta tokoh masyarakat. dan petugas BP3K Kecamatan Nanggulan.

Senin, 16 September 2013

KOORDINASI dan PERSIAPAN PENCANANGAN KECAMATAN PHT



Nanggulan salah satu kecamatan di Kulon Progo yang sejak tahun 1990 telah melaksanakan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu ( SLPHT ) .Untuk memantapkan pelaksanaan di tingkat petani dan memasyarakatkan PHT ke masyarakat  luas perlu adanya upaya gerakan agar hasil yang telah dicapai selama ini  dapat diketahui oleh  semua yang berkepentingan terhadap pertanian yang berkelanjutan.Dalam rangka memantapkan sebagai rintisan Kecamatan PHT diadakan Sosialisasi kecamatan PHT dari Lab.PHP Bantul oleh Ir.Paryoto MP. dan dihadiri dari BPTP Dinas Pertanian DIY Ir.Andi Heru.Sosialisasi dihadiri  dari beberapa unsur yakni Pemerintah desa,BPP,Petani pemandu,Petani, KWT,Petani Organik,RPT,PPAH,UPPO, Ketua KTNA Petani Penangkar benih.


Senin, 24 Juni 2013

TNI MANUNGGAL PERTANIAN DALAM GERAKAN PENGENDALIAN TIKUS




Minggu 23 juni 2013 Kelompok tani Sido Makmur mengadakan gerakan pengendalian OPT, pada kesempatan tersebut dihadiri oleh Koramil  Nanggulan, POPT, Tim Penyuluh Kecamatan Nanggulan, Regu Perlindungan tanaman (RPT) kabupaten Kulon Progo. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk antisipasi serangan tikus  pada tanaman Kedelai dan Musim tanam I padi  bulan Agustus. Kegiatan pengendalian ini rutin dilakukan setiap pertengahan musim tanam, perkembang biakan tikus cukup pesat karena masih tersedia pangan disawah. Jika populasi tikus tidak dikendalikan akan mengancam keberhasilan produksi tanaman kedelai saat ini.

Jumat, 21 Juni 2013

VERIFIKASI PETANI PENGEMBANG AGENSIA HAYATI (PPAH) TINGKAT NASIONAL DI KELOMPOK TANI STP MARGO RUKUN


Verifikasi /Evaluasi  Petani Pengembang Agensia Hayati Tingkat Nansional  (PPAH ) Kelompok tani STP Margo Rukun Kemukus Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo DIY telah dilaksanakan pada hari jum'at tanggal 21 Juni 2013  oleh Direktorat Perlindungan tanaman Pangan  team verifikasi Ahadiyati  didampingi dari BPTP Dinas Pertanian DIY  Ir.Andi Isnanto , Widayat SP  serta dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Mardiyanto Kasi  Serealia, Penyuluh BP3K Kecamatan Nanggulan, POPT dan Mantri tani Kecamatan Nanggulan serta THL TB PP Kec. Nanggulan .Dalam  verifikasi beliau sampaikan bahwa PPAH Kelompok tani STP Margo Rukun Kemukus mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh PPAH  lainnya  utamanya dalam pengembangan pupuk organik  padat dan Agensia hayati.

Rabu, 08 Mei 2013

GERAKAN TANAM KEDELAI TAHUN 2013

Selasa 7 Mei 2013 bertempat di kelompok tani Margo Rukun Pedukuhan Turus, Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Kab. Kulon Progo diadakan acara  gerakan tanam kedelai tahun 2013. Pada acara tersebut hadir Wakil Bupati Kab. Kulon Progo Kepala Dinas Pertanian DIY , Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Kulon Progo, Kepala Kantor KP4K Kab. Kulon Progo , Camat Nanggulan, DanRamil Kec. Nanggulan, Kapolsek Kec. Nanggulan, Tim Penyuluh BPP Nanggulan, serta Ketua/ Pengurus Kelompok tani Sekecamatan Nanggulan, Media masa baik cetak dan elektronik.
Dalam Sambutanya Kepala Dinas Pertanian DIY dan Kepala Dinas Pertanian dan     Kehutanan Kab. Kulon Progo mengharapkan ada
peningkatan hasil ( Provitas) untuk mendukung Program pemerintah Swasembada Kedelai. Dalam sambutanya Bapak Wabup Kulon Progo mengharapkan dan memberikan motivasi kepada para petani agara mau menerapkan teknologi dalam budidaya tanam kedelai sehingga didapatkan hasil yang optimal tidak serta mengharapkan para petani untuk menjadi manusia pembangunan./ dinamis



Jumat, 03 Mei 2013

Bakteri Corine sp sebagai pengendali penyakit hawar daun bakteri / kresek tanaman padi

Penyakit kresek atau Hawar Daun Bakteri (BLB) termasuk penyakit padi yang perlu diwaspadai. Ciri umum serangan bakteri Xanthomonas kresek  adalah dengan indikator bercak daun dan daun mengalami klorosis/menguning. Tetapi ada ciri yang khas, yaitu jika padi yang sedang mengalami serangan diberi pupuk Nitrogen (Urea,ZA), maka serangan penyakit semakin menghebat. Orang Sunda bilang ngeyepes, atau daun seperti luruh, rontok dan akhirnya tanaman menjadi gundul. Harus diwaspadai juga, bakteri ini tahan berada dalam tanah (jika sawah diberakan : tidak ditanami) selama 3 bulan. Jika dilihat dari jauh kadang daun padi terlihat merah.
Penyakit hawar daun bakteri atau penyakit kresek (blast) ini dapat dikendalikan dengan bakteri Corine sp.  Bakteri Corine ini berhasil diidentifikasi dan diisolasi sebagai antigen bakteri Xanthomonas Kresek kira-kira 12 atau 13 tahun yang lalu oleh Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT) Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Kemudian isolatnya di sebarkan ke seluruh Laboratorium POPT yang ada di Indonesia, kepada kelompok-kelompok tani, dan kepada perorangan yang berminat. Banyak anggota kelompok tani se-Indonesia telah dilatih mengenai bakteri Corine ini oleh BBPOPT Jatisari, salah satu diantaranya adalah penulis sendiri. Sejak tahun 2008 bersama-sama petani, penulis memetik banyak manfaat dalam penyehatan, penyuburan, dan pengamanan padi khususnya dari serangan penyakit kresek.
Beberapa manfaat aplikasi bakteri Corine pada padi yang dirasakan oleh petani antara lain Padi terbebas dari serangan penyakit kresek, Tampilan padi lebih sehat dan lebih subur, Jumlah anakan optimal,  Pembungaan dan kematangan buah merata dan serempak, Keluar bunga relatif lebih cepat dari biasanya  serta  Bulir padi lebih sehat dan lebih bernas.
Cara Memproduksi Bakteri Corine, sp.
Untuk memproduksi  bakteri Corine, kita harus punya Isolat bakteri Corine dan peralatan produksinya.  Isolat Bakteri Corine, biasanya tersedia dalam bentuk biakan murni dalam  media PDA (Potatoes Dextrose Agar). Wadah yang paling umum digunakan adalah tabung reaksi. Tiap tabung reaksi dapat digunakan untuk membuat larutan bakteri Corine sebanyak 5 liter.
Peralatan/instalasi produksi untuk memperbanyak bakteri Corine sp antara lain berupa
    Aerator dan slang-nya, sebagai sumber udara sekaligus pengaduk.
    Fermentor, yaitu botol yang berisi larutan PK (KMnO4) atau Methylene Blue untuk membunuh bakteri dan jamur yang terbawa oleh udara dari aerator.
    Filter, yaitu botol yang berisi glass wool/busa penyaring untuk membersihkan udara dari fermentor dengan menangkap butiran PK atau MB yang tercampur udara.
    Jerigen kapasitas 5, 10, atau 20 liter untuk memproduksi bakteri Corine dalam media larutan EKG (Ekstrak Kentang Gula).
    Botol  atau gelas untuk mengamankan lubang pembuangan udara dari jerigen, sekaligus sebagai indikator bahwa udara lancar tertiup ke dalam jerigen.

Larutan Ekstrak Kentang Gula (EKG)
Larutan EKG merupakan media untuk membiakan bakteri Corine sp.  Bahan-bahan yang digunakan antara lain  Kentang 300 gram,  Gula pasir 15 gram, dan  Air bersih 1 liter.  Agar ekonomis larutan bakteri Corine biasanya dibuat minimal 20 liter sehingga bahan-bahan yang diperlukan  sebanyak  6 kg kentang, 300 gram gula pasir, 20 liter air, dan 4 tabung isolate bakteri.
Pembuatan EKG sebagai media biakan bakteri Corine adalah sebagai berikut  Bersihkan kentang dengan cara dicuci dan dibilas dengan air bersih, kemudian kupas kentang dan potong-potong menjadi potongan kecil seperti kubus ukuran 1 cm x 1 cm.  Bilas kembali potongan kentang dengan air bersih, lalu masukan kedalam panci berisi air untuk direbus. Rebus kentang sampai lunak  (± 30 menit).
Sari kentang disaring dengan kain siphon (semacam kain kerudung) ke dalam wadah penampung. Aduk pelan jika penyaringan sedikit sulit. Air kentang yang baru disaring tersebut disebut ekstrak kentang.  Masukan kembali ekstrak untuk direbus bersama gula pasir selama beberapa menit hingga gula larut.
Jika gula telah larut angkat ekstrak kentang gula dan masukan secara hati-hati ke dalam jerigen yang telah dicuci bersih dan telah dibilas dengan air mendidih beberapa saat sebelumnya. Tunggu media EKG dingin (dibawah 30°C) untuk diinokulasi dengan biakan bakteri murni.
Inokulasi Bakteri Corine, sp
Setelah larutan EKG dingin dan siap untuk diinokulasi dengan isolat bakteri Corine sp, Inokulasi dilakukan dengan cara  Isolat bakteri dalam tabung diberi air matang yang sudah dingin untuk diencerkan sampai sebatas leher tabung.  Gunakan lidi steril yang telah ditipiskan (dilap dengan alkohol terlebih dahulu) untuk melepaskan koloni bakteri dari agar. Masukan bakteri encer ke dalam larutan EKG yang telah dingin secara hati-hati agar tidak tumpah atau menempel di dinding bagian dalam jerigen. Lakukan hingga 3 kali agar koloni bakteri benar-benar terangkat semua.
Tutup jerigen rapat-rapat agar udara dari dalam jerigen tidak lepas ke sela-sela tutupnya. Jika perlu gunakan lilin mainan anak untuk menambal sisi-sisi tutup jerigen dan selang yang melaluinya. Hidupkan aerator agar udara mulai mengalir ke dalam jerigen.
Inkubasi
Inkubasi dilakukan dengan cara setelah inokulasi selesai larutan EKG dihembus dengan udara dari aerator secara terus menerus selama 10 – 14 hari (penulis biasanya melakukan inkubasi selama 14 hari, dan mendiamkannya tanpa hembusan aerator selama 6 hari).  Setelah 14 hari, saring dan tampung larutan bakteri Corine pada wadah yang telah diusap sebelumnya dengan larutan alkohol 70% dan kemas larutan bakteri Corine secara hati-hati sesuai tujuan.
Jika akan disimpan, simpanlah di tempat yang sejuk dan kering serta terhindar dari cahaya matahari. Larutan bakteri Corine siap digunakan.   Masa simpan efektif  larutan yang sudah jadi adalah 4 – 6 bulan. Tapi tidak usah khawatir, jika sudah kadaluwarsa pun jangan sekali-kali dibuang, sebab larutan tersebut akan menjadi pupuk organik cair dengan kualitas sangat baik.

Aplikasi bakteri Corine sp pada tanaman padi
Penyemprotan larutan bakteri corine sp sangat berbeda dengan penyemprotan pestisida lain yang dapat dilakukan kapan saja. Agar penyemprotan efektif, maka perhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
  • Penyemprotan sangat efektif jika dilakukan selepas jam 15 ( jam 3 sore hari) hingga sore hari. Jika terpaksa harus melakukan dipagi hari, penyemprotan Corine sp harus dihentikan jika waktu telah menunjukan jam 09.00. Lakukan esok harinya jika pekerjaan tidak selesai.
  • Sebelum digunakan, tangki harus dibilas air hingga benar-benar terbebas dari sisa pestisida sintetis (pestisida kimia).
  • Jangan sekali-kali Corine sp dicampur dengan pestisida lain, termasuk juga jangan dicampur pupuk organik cair.
  • Jika sawah telah disemprot pestisida lain sebelumnya, maka penyemprotan Corine sp  baru bisa dilakukan 5 – 7 hari kemudian. Apabila sawah telah disemprot Corine sp, maka jika akan melakukan penyemprotan pestisida lain harus menunggu 5 – 7 hari setelahnya.
Syarat ini jika salah satunya saja dilanggar, siapapun yang mengerti Corine tidak akan mau menjamin penyemprotan yang dilakukan akan berhasil.
Untuk mengambil manfaat Corine seoptimal mungkin, maka :
    Dosis yang digunakan adalah 6-7 ml/liter air. Atau 100 ml larutan bakteri Corine untuk 1 tangki (knapsek) sprayer yang dicampur dengan air bersih 14-17 liter.
    Penyemprotan dilakukan 3 kali, yaitu : pada 14 hst, 28 hst, dan 42 hst.
Pengalaman penulis dan petani selama ini, jika pembuatannya benar, penyemprotannya benar, dan semuanya benar. Bakteri Corine efektif baik sebelum padi diserang (pencegahan) maupun setelah padi diserang (pengobatan). Padi yang sudah gundul pun banyak yang selamat jika benar penyakitnya disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae atau Xanthomonas Kresek. DIJAMIN. Catatan-catatan yang dapat dijadikan sekedar indikator bahwa penyemprotan berhasil  diantaranya sebagai berikut :
    Lima hari pasca penyemprotan tanda-tanda serangan seolah terhenti, ditandai dengan daun tanaman padi tidak semakin kuning atau kadang kemerahan.
    7 – 9 hari pasca penyemprotan (2-4 hari kemudian) mulai terlihat tanda-tanda hijau dari lembar daun yang mulai bersemi ditambah munculnya daun baru yang hijau sehat.
    10-14 hari pasca penyemprotan (3-7 hari kemudian) padi hampir hijau merata kembali.
    Lakukan dobel dosis (dosis 2 kali lipat) jika terjadi serangan berat, atau ulangi lagi esok harinya agar penyemprotan lebih merata.

Sumber : http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/pertanian/2528-bakteri-corine-sp-sebagai-pengendali-penyakit-hawar-daun-bakteri--kresek-tanaman-padi.html

Jumat, 19 April 2013

SOSIALISASI DAN KOORDINASI KEGIATAN SL PTT KEDELAI dan PADI

Bertempat di BPP Kecamatan Nanggulan pada tanggal 26 Maret 2013, diadakan Koordinasi dan sosialisasi kegiatan SL PTT oleh Dinas Pertanian dan kehutanan Kabupaten Kulon Progo kepada Kelompok tani se Kecamatan Nanggulan. Dalam Kegiatan tersebut diharapkan Para Pengurus Kelompok tani untuk menyampaikan informasi kepada para anggota kelompok tani/ anggotanya sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik.

Kamis, 07 Maret 2013

Video

1. PTT padi sawah


2. TBS-Pengendalian Hama Tikus dengan tanaman perangkap

3. Teknologi top working pada tanaman buah-buahan