Kutu Daun Persik : Myzus persicae Sulz.
Nama umum : Myzus persicae Sulzer (1776)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Subordo : Sternorrhyncha
Superfamili : Aphidoidea
Famili : Aphididae
Sumber gambar : CABI
Morfologi/Bioekologi
Nimfa
dan imago mempunyai antena yang relatif panjang/sama panjang dengan
tubuhnya. Nimfa dan imago yang bersayap mempunyai sepasang tonjolan pada
ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel berwarna hitam.
Imago yang bersayap warna sayapnya hitam, ukuran tubuh 2 - 2,5 mm, nimfa
kerdil dan umumnya berwarna kemerahan. Imago yang tidak bersayap
tubuhnya berwarna merah atau kuning atau hijau berukuran tubuh 1,8 - 2,3
mm. Umumnya warna tubuh imago dan nimfa sama, kepala dan dadanya
berwarna coklat sampai hitam, perut berwarna hijau kekuningan. Siklus
hidup 7 - 10 hari. Temperatur mempengaruhi reproduksi ( > 25 - <
28,5 °C mengurangi umur imago dan jumlah keturunan, > 28,5 OC
reproduksi terhenti). Berkembang biak secara partenogenesis. Seekor kutu
menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2
bulan.
Daerah penyebaran hama ini
sangat luas hampir terdapat di seluruh dunia, sedangkan di Indonesia
yang melaporkan adanya serangan hama ini antara lain Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.
Gejala serangan
Dampak
langsung serangan hama ini adalah tanaman menjadi keriput, tumbuh
kerdil, warna daun kekuningan, terpuntir, layu lalu mati. Secara tidak
langsung, kutu ini merupakan vektor lebih dari 150 strain virus terutama
penyakit virus CMV, PVY. Kutu ini biasanya hidup berkelompok dan berada
di bawah permukaan daun, menghisap cairan daun muda dan bagian tanaman
yang masih muda (pucuk). Eksudat/cairan yang dikeluarkan kutu ini
mengandung madu sehingga mendorong tumbuhnya cendawan embun jelaga pada
daun yang dapat menghambat proses fotosintesa.
Tanaman inang lain
Hama
ini bersifat polifag, diketahui lebih dari 400 jenis tanaman inang.
Selain inang utama yaitu kentang dan tomat, tanaman inang lain yaitu
tembakau, petsai, kubis, sawi, ketimun, semangka, ubi jalar, terung,
buncis, kapri, jagung, jenis kacang-kacangan, bit, tebu dan jeruk.
Pengendalian
a. Kultur teknis
- Sanitasi dan pemusnahan gulma dan bagian tanaman yang terserang dengan cara di bakar.
b. Fisik mekanis
- Penggunaan kain kassa / kelambu baik di bedengan pesemaian maupun di lapangan
- Penggunaan perangkap air berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
c. Hayati
- Pemanfaatan musuh alami parasitoid Aphidius sp., predator kumbang Coccinella transversalis (Gambar 10), Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata, Microphis lineata, Veranius sp. dan patogen Entomophthora sp., Verticillium sp.
d. Kimiawi
- Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif (pada prinsipnya agar mengikuti ketentuan seperti yang diuraikan pada halaman 32 butir d), terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian (Lampiran 1) apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, jumlah kutu daun lebih dari 7 ekor per 10 daun contoh atau serangan mencapai lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar